Survei FSGI, Mayoritas Guru Jenuh PJJ Setuju Sekolah Tatap Muka

    Survei FSGI, Mayoritas Guru Jenuh PJJ Setuju Sekolah Tatap Muka

    JAKARTA--Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) melakukan survei terkait persepsi para guru atas rencana pemerintah membuka sekolah pada Januari 2021.

    Survei diikuti oleh  6.513 responden guru dari sejumlah provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, D.I.Yogjakarta, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Jambi, NTB, NTT,   Papua dan Papua Barat.

    ”Dari 6.513 responden guru, yang setuju tatap muka dibuka Januari 2021 sebanyak 49, 36 persen. Namun 45, 27 persen tidak setuju dan yang ragu-ragu sebesar 5, 37 persen, " kata Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Mansur dalam keterangan tertulis, Jumat (1/1/2021).

    Menurut Mansur, 3.215 guru yang setuju pembukaan pembukaan sekolah tatap muka dengan alasan  jenuh mengajar pembelajaran jarak jauh atau PJJ (22 persen); materi sulit, sangat sulit, dan praktikum tidak bisa diberikan secara daring (54 persen); sebagian siswa yang diajar tak memiliki alat daring sehingga tidak bisa mengikuti PJJ (9, 3 persen).

    Kemudian sinyal tidak stabil sehingga menjadi kendala PJJ (5, 8 persen); dan alasan lainnya sebanyak 8, 9 persen. Beberapa alasan lainnya misalnya wilayah responden merupakan wilayah kepulauan yang termasuk zona hijau atau kuning.

    “Para guru merasakan bahwa peserta didiknya pasti mengalami kesulitan untuk mengerjakan matei pelajaran dengan tingkat kesulitan tinggi, karena materi seperti itu tidak optimal diberikan secara daring, tetapi harus melalui pembelajaran tatap muka, minimal seminggu sekali, ” ujar Wakil Sekjen FSGI.

    Sementara itu, 2.948 responden yang menyatakan tak setuju mengemukakan alasan di antaranya kasus Covid-19 masih tinggi (40, 70 persen); khawatir tertular Covid-19 di sekolah (27, 74 persen); sudah berusia di atas 50 tahun ditambah penyakit penyerta (10, 44 persen).

    “Mayoritas responden memang menolak buka sekolah tatap muka karena masih tinggi kasus, pandemic belum dapat dikendalikan pemerintah, sehingga mereka sangat khawatir tertular covid 19, Apalagi untuk guru-guru yang usianya sudah lebih dari 50 tahun dan disertai pula dengan penyakit penyerta seperti diabetes, jantung dan lain-lain, ” pungkas Sekretaris Jenderal FSGI Heru Purnomo.

    FSGI merekomendasikan pemerintah daerah untuk hati-hati dalam memutuskan pembukaan sekolah pada Januari 2021 karena kasus Covid-19 masih tinggi dan belum dapat dikendalikan. FSGI tetap mendorong pemerintah menetapkan 4 Januari 2021 sebagai awal semester genap, tetapi bukan berarti pembelajaran tatap muka harus dimulai pada hari tersebut.

    Menurut FSGI, masih perlu waktu lama untuk penyiapan infrastruktur dan protokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru di sekolah. Selanjutnya, FSGI mendorong pembukaan sekolah dimulai dari kelas paling atas, pada jenjang paling tinggi, dan disertai dengan uji coba 25 persen siswa.

    "FSGI juga mendorong tes antigen untuk seluruh pendidik dan peserta didik yang akan melakukan pembelajaran tatap muka, " ujar Heru.

    FSGI menggelar Survei pada 19-22 Desember 2020 diikuti 44, 52 persen guru mengajar pada jenjang SMP/sederajat, mengajar jenjang SD/sederajat sebanyak 25, 32 persen, jenjang SMA 15, 35 persen dan 14, 60 persen mengajar jenjang SMK. Sedangkan sisanya 0, 21 persen mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB). Mayoritas wilayah kerja responden berada di Pulau Jawa 63, 7 persen, dan di luar Jawa hanya 36, 3 persen. (hy)

    jakarta
    Heriyoko

    Heriyoko

    Artikel Sebelumnya

    Tak Peduli Larangan, Warga Jakarta Tetap...

    Artikel Berikutnya

    Semester Genap 2021, Pemprov DKI Jakarta...

    Berita terkait